Hai


Selamat Datang - Welcome - Willkommen - Benvenuto - Bienvenue - Bienvenido

Buku Tamu

Pop up my Cbox

Rabu, 25 Juli 2012

Etika berlalulintas

Teman-teman...
Dengan menulis ini, bukan berarti saya mau mengatakan bahwa saya ini sangat beretika dalam berbagai aspek, bukan mau bilang saya ini orang paling sopan sedunia, melainkkan saya ingin menjadi seperti itu dan sedang dalam proses. Maka, yuk mari berlatih bersama.

Jakarta memang menyedihkan dalam hal transportasi, macet makin parah. Tingkat kendaraan pribadi yang terus meningkat memang menjadi indikator bahwa kondisi masyarakat makin makmur, tapi bisa juga menjadi pertanda bahwa masyarakat merasa tidak diakomodir oleh pemerintah dengan transportasi umum yang layak dan terjangkau, sehingga mereka seperti dibiarkan mencari solusi sendiri-sendiri, itulah sebab kita lihat motor semakin banyak di jalanan. Daripada sekali naik angkot bayar 3000 - 5000 rupiah, dan dari rumah ke kantor perlu minimal dua kali naik angkot, mendingan buat beli bensin motor ya?  :D

Kebanyakan kendaraan tumpah di jalan pastinya bikin sesak ruas jalan, saya tidak akan menyarankan teman-teman untuk beralih ke transportasi umum kalau memang kondisi transportasi umum kita belum baik, dari segi harga, keamanan, keandalan, dan integritas antar angkot kalau kita harus berpindah-pindah. Well, biar tahu rasa deh pemerintah! Mereka harus menyediakan transportasi umum yang baik untuk warga. Karena saya membebaskan teman-teman untuk naik motor dan mobil pribadi, maka yang paling baik saat ini adalah menjaga etika berlalu lintas, biar kemacetan tidak makin menjadi.

Kenapa saya bicara etika berlalu lintas itu penting? Ini gara-gara beberapa hari lalu, tepatnya 1 hari sebelum bulan Ramadhan, di Sawangan saya terjebak muaceeeeeeeeet parah! Yang hanya pantas terjadi macet macam ini kalau ada kecelakaan lalu lintas yang memakan habis 2 arah di jalan itu, sehingga masing-masing arah tertutup kendaraan korban yang belum dievakuasi. Kalau memang begitu adanya, macetnya karena terjadi kecelakaan yaaa.... harap maklum lah. Tapi, kalau macet aje gile begitu karena pengguna jalan yang tidak beretika, aduuuuuuh..... emosi tingkat tinggi dong saya jadinya!

Kondisinya saat itu ada pertigaan, ada mobil yang badannya sudah setengah masuk di jalan utama, sayangnya pengguna kendaraan bermotor yang volumenya sedang sangat banyak dari arah Jakarta tidak sabaran, mengambil jalur yang harusnya dipergunakan untuk kendaraan dari Bogor. Saking banyaknya motor dari Jakarta yang mengambil jalur tetangganya, maka kendaraan dari Bogor tidak bisa maju lagi. Motor-motor itu bingung melihat lawannya yang diambil jalannya tidak bisa maju, sementara merekapun tidak bisa mundur lagi untuk memberikan hak pada lawannya sebab di belakang motor sudah berderet-deret begitu panjang. Saya adalah salah satu yang terenggut haknya, dari Bogor menuju Jakarta. Di barisan terdepan adalah Taxi yang sama sekali tidak bisa maju lagi, di sisi kanannya paha pengguna motor sudah nyaris nempel di body Taxi, di sisi kiri ada pembatas dengan got yang sudah menggores body Taxi.

Saat itu kacau betul, seumur hidup saya melihat kemacetan total dimana kendaraan bahkan tidak bisa merayap hanya kalau saya sedang mudik lebaran yang sialnya bertepatan dengan hari puncak arus mudik, dan ditambah ada kecelakaan lalu lintas pula. Total mesin dimatikan!

Yang bikin malu saat tragedi Sawangan (lebay amat ya?) itu adalah melihat Pak ogah dengan peluitnya bertampang tegang dan emosi menyempriti pengemudi yang yang merupakan warga pintar-pintar dan pulang dari kantornya itu. Ini bagi saya benar-benar memalukan tingkat tinggi, teman-teman! Bagaimana mungkin orang-orang berkantor di gedung keren, berpakaian keren, bersepatu mengkilap itu membuat pelanggaran etika macam ini sehingga membuat baik mereka, maupun lawannya yang datang dari arah Bogor terhambat berjam-jam, dan akhirnya seorang Pak ogah yang nota bene sering mereka cemooh itu harus muncul untuk mengatur-ngatur dan menertibkan mereka. Apa ini bukan memalukan level tinggi? 

Terus, yang luar biasa aneh bin ajaib dan bikin saya yang sedang emosi malah mendadak pingin tertawa adalah saat ada lelaki muda dari arah Jakarta yang bertanya dengan tampang serius pada pengguna motor dari arah lawannya, "ada apa sih, Pak? Kok macet sampai begini parah?"
Alamaaaak!!! Halloooo....... ini macet karena dirimu berada di tempat yang tidak seharusnya. Haha.... lucu banget 'kan? Masa' nggak merasa sih kalau dirinya penyebab macet?

Akhirnya mereka yang kelelahan setelah seharian bekerja di Jakarta itu malah terhambat, berjam-jam lho, teman! Dan kami yang habis dari Bogor juga terhambat karena ulah mereka. Nggak ada yang bisa pulang lebih cepat 'kan akibat pengambilan hak orang itu? Justru malah jadi tambah 2 jam (bagi saya yang kebetulan ada di baris-baris terdepan) lebih lama dari waktu normalnya, entah deh bagi mereka-mereka yang dibelakang saya.

Makanya, yuk kita perhatikan lagi manner kita di jalan raya! Bukan cuma table manner aja yang perlu ditingkatkan sampai ambil-ambil kursus segala, manner di jalan raya juga penting. Kalau kamu makan berantakan di meja, atau salah pakai sendok atau garpu, paling orang lain mesem-mesem. Tapi kalau kamu ambil jalur orang dan orang yang berhak itu jadi terhambat, itu kan korupsi! Apa bedanya coba dengan nyuri? Cuma benda targetnya aja yang beda, kalau pencuri yang dipasar 'kan biasanya ambil dompet orang, nah kalau ini pencurinya ambil jalan orang. Sama-sama merugikan.

Etika berlalu lintas yang mau saya tekankan bukan 'jangan terobos lampu merah', 'pakailah helm standar SNI', 'nyalakan lampu siang dan malam bagi pengguna motor', 'jangan abaikan rambu-rambu lalu lintas'. Tapi, salah satunya penting juga 'perhatikan tata cara menyalip dan menggunakan lajur lawan'.
Bagaimanakah tata cara penggunaan jalur lawan yang baik dan benar?

Pada prinsipnya jalur lawan itu boleh dipakai, makanya di median (bagian tengah) jalan ada garis putih yang terkadang putus-putus dan terkadang menerus. Menurut saya, penggunaan jalur lawan adalah sesimpel memberikan pada orang lain apa yang menjadi haknya. Kalau di depan mata kita terlihat ada pengguna jalan dari arah berlawanan dengan jarak yang cukup dekat, maka tahan dulu, jangan pakai jalurnya sampai dia sudah lewat. Kalau tetap mau nekat ambil jalurnya, maka perhitungkan waktu, jangan sampai dia harus berhenti gara-gara ulah kita. Jangankan sampai membuat dia berhenti, membuat dia mengerem saja, itu berarti kita sudah mengambil kebebasannya sebanyak seper sekian detik.
Selain itu, berikan sinyal (lampu sen) saat kita akan menyalip dan menggunakan jalur lawan, selain supaya kendaraan yang akan kita salip itu paham bahwa kita akan mendahuluinya sehingga dia tidak menaikkan kecepatan, juga supaya kendaraan dari arah berlawanan mengerti bahwa kita akan menggunakan jalan dia. Perhatikan kalau kendaraan dari arah berlawanan itu malah menembak kita dengan lampu jauhnya, itu pertanda menurut dia jarak head to head kalian sudah terlalu dekat, dan dia tidak mau mengerem untuk membiarkan kita menggunakan jalannya, maka jangan paksakan menyalip.

Yang tak kalah pentingnya selain tata cara penggunaan jalur lawan, adalah melintas di zebra cross. Nah... Dalam hal satu ini, pengemudi kendaraan di Jakarta bisa dibilang masih udik. Berhubung dua tahun terakhir ini saya ambil kuliah lagi di UI, di mana banyak stasiun kereta, saya sering melihat orang menyeberang di zebra cross dari atau menuju stasiun disemprot dan dikatai bego, tolol atau disebut dengan macam-macam jenis hewan oleh pengguna motor yang sedang asoy geboy ngebut. Aduuuuuuh..... Bagaimana sih ini ceritanya? Yang sebenarnya perlu dimaki itu yang mana?

Kalau si pejalan kaki menyeberang bukan pada tempatnya, maka makilah dia. Tapi kalau dia melintas di zebra cross, maka berhentilah wahai pengguna kendaraan bermotor! Tak perduli sedang sengebut apapun! Begitulah aturan mainnya. Makanya, kalau dari kejauhan sudah terlihat zebra cross, baik di tepian jalan ada pejalan kaki ataupun tidak, sebaiknya pengguna kendaraan bermotor menurunkan kecepatan, untuk antisipasi kalau ada pejalan kaki yang datang dan menyeberang. Ini kembali lagi kepada masalah hak. Memang betul badan jalan sebagian besar diperuntukkan bagi pengguna kendaraan bermotor, tapi ada beberapa section yang merupakan hak pejalan kaki, yakni zebra cross. Dan itu paten, tidak boleh ditawar, harus diberikan kepada pejalan kaki yang mau menyeberang di sana. Kalau tetap ngebut apalagi sambil memaki pejalan kaki yang sedang menyeberang, itu bisa dikatakan 'super udik'. Begituuuuuuuuu......

Sebelum pemerintah berhasil menyediakan transportasi umum yang handal, layak, terjangkau dan terintegrasi dengan baik, yuk! Sama-sama kita protes pemerintah dengan masing-masing menggunakan alat transportasi termurah dan terefisien yang bisa kita temukan (hehehehehe hohohoho provokator!) Tapi, pas mau berangkat, ingat yang 4 jangan ditinggal; SIM, STNK, otak, etika. 


Saya mau makan sahur dulu ya!