Hai


Selamat Datang - Welcome - Willkommen - Benvenuto - Bienvenue - Bienvenido

Buku Tamu

Pop up my Cbox

Sabtu, 19 Juni 2010

Ketika Adam Selingkuh














"Kalau bukan kita yang berhasil membuatnya 'mencintai hanya satu', mungkin kita memang bukan tulang rusuk dia yg hilang."




Saya tidak pernah lagi terkejut ketika ada makhluk Adam menghianati pasangannya, meskipun begitu saya selaluuuu... saja mau menangis setiap ada perempuan terdekat yang dihianati. Bukan penghianatan si Adam itu yang membuat saya mau menangis, tapi karena saya miris banget melihat perempuan terdekat saya itu begitu terluka, nelangsa. Kebanyakan perempuan terdekat saya yang dihianati adalah jenis perempuan yang selalu mencoba memberikan dan menjadi yang terbaik untuk pasangannya. Sehingga mereka begitu terpukul emosi, ragawi begitu dihianati.

Kalau saya sudah berhenti terkejut-kejut setiap kali ada penghianatan sejaaaak... lama lalu (apaan tuh 'lama lalu'?). Pasalnya saya sudah memahami penghianatan para Adam selayaknya saya menerima dengan ikhlas bahwa ketika sudah saatnya maka mentari akan terbit, dan beberapa jam kemudian matahari akan tenggelam. Persis seperti saya memahami bahwa di Indonesia matahari layaknya muncul dari Timur dan tenggelam di barat. Selayaknya saya hapal bahwa warna daun segar dan rumput di halaman rumah adalah hijau. Begitulah saya hapal tabiat para Adam. Sehingga saya tak lagi shock dan tergugu-gugu.

Kok bisa begitu jeng?
Awalnya tentu tidak. Berbilang tahun lalu, ketika saya menghadapi perempuan terpenting dalam hidup saya dihianati saya kehilangan jati diri. Dua tahun kemudian, saya mengalami secara langsung (Live kayak pertandingan world cup) bagaimana rasanya dihianati kekasih, tentu saja sebagai seorang yang terlahir dengan pembawaan perfeksionis (bukan dalam penampilan), menjunjung kesetiaan, kesejatian dan percaya cinta sejati itu eksis, saat itu saya mengalami saat terburuk dan nyaris kehilangan kenormalan. Sesudah itu, saya mendengar rumah tangga-rumah tangga sekeliling saya juga dihianati, saya nyengir kuda, miris.

Seiring dengan waktu, setelah saya mampu membeli bacaan dan bukan sekedar membaca apapun yang ayah saya beli, saya mendapat jawab atas pertanyaan kenapa makhluk Adam mempunyai tabiat seperti itu. Ternyata, dari segi psikologis, biologis, sosiologis dll ternyata mereka memang 'diberkahi' dengan pembawaan seperti itu. Dari segi biologis misalnya, in a simply way: mereka adalah jenis makhluk kebanyakan hormon!

Lalu saya berkata pada diri sendiri: 'Laki-laki diciptakan Tuhan dengan ciri-ciri berbadan kokoh dengan kotak-kotak tegas, sarat otot dan kuat, mempunyai kemampuan memimpin, cenderung menggunakan otak, logis, dan cenderung selingkuh. Dan perempuan diciptakan Tuhan dengan ciri-ciri berbadan lembut dengan lekuk-lekuk halus, mempunyai kemampuan menghadirkan makhluk kecil, penyayang, cenderung menggunakan hati, dan belas kasih.'
Maklumlah saya bahwa ketika Tuhan menciptakan mereka, mereka diciptakan lengkap disertai kecenderungan, pembawaan dan fisik seperti itu.

Kemudian suara hati yang lain kontan menyentak; "Nah!! Tuh tahu! Kalau gitu apa masih mau marah kalau Adammu selingkuh? Bukankah kamu tahu kalau mereka diciptakan Tuhan lengkap dengan ototnya, otaknya, penisnya, jiwa kepemimpinannya, keegoisannya dan kecenderungan selingkuh?"
Hnggh.... mau protes, girls? Saya sih tidak... Mana berani saya memprotes apa yang sudah Tuhan kehendaki. Lagian juga terlihat konyol dan bodoh rasanya memprotes matahari terbit, matahari tenggelam, memprotes rotasi bumi, dan memprotes bahwa perempuan mempunyai vagina, pria punya penis. Jadi di mata saya konyol dan bodoh juga kalau memprotes pria selingkuh (tinggal pilih; forgive him or forget him!)

Meskipun Adam saya belum (belum tertangkap basah) selingkuh, saya berbesar hati bahwa hari itu akan tiba (seperti saya berbesar hati bahwa yang hidup pasti mati, dan kiamat akan datang). Berdasarkan kemakluman-kemakluman saya terhadap hal itu, saya sudah merancang skenario kalau si Adam suatu malam datang membawa bunga atau berlian untuk menyogok saya, dengan tampang serba salah karena ketahuan (atau mau mengaku) selingkuh.
Mau tahu bayangan saya? Begini....

Saya akan menyetel suara agar tetap lembut (walau hati membara dan mau ambil pisau daging di dapur) dan tertawa pelan sambil menatapnya prihatin (kok malah tertawa? C'mon girls... Adam saya hanyalah seorang pria yang sangat ingin setia (tapi gagal) dan telah berusaha keras untuk melawan kecenderungan selingkuh yang jelas-jelas sudah Tuhan sertai padanya ketika dia akan diciptakan, lalu saya tanya: "Apa mas serius dengan dia?"
Dibayangan saya jawabannya ada beberapa kemungkinan:
  • "Tidak, dear... Sungguh! Ini kekhilafan... maafkan saya, dear.. Please don't go, I definitely can not life without you". Dengan tampang mau nangis, bahkan mengucapkan 'can not' tegas-tegas dan bukannya 'can't' saja. Dan meskipun badannya sebesar David Beckham, berani ngebut seperti mau saingan dengan Schumacher, dan memimpin secerdas Anindya Bakrie, disaat terpuruk dan takut kehilangan si Adam selalu bersimpuh, memeluk dan menenggelamkan wajah di dada. Maka saya akan membelai kepalanya sambil bilang: "Jangan lakukan itu lagi. Kalau suatu hari nanti terjadi lagi situasi di mana mas tergoda, bilanglah terus terang! Berdua kita akan lawan rasa tergoda itu, dan usir si penggoda.
  • "Saya serius dengan dia. Maafkan." Kalau begitu saya akan mengangguk dengan hati dibesar-besarkan, tidak menangis. Relakan sajalah... Cuma Tuhan yang punya kendali akan memberikan hati siapa kepada siapa.
  • "Saya tidak pernah merasa perasaan sehebat ini, dear! Bersama dia saya sangat bahagia. Everything just seems right! Dan....... dia.... hamil." Saya akan tampar dia (bolak-balik dan sangat keras), lalu bilang: "Tamparan itu sebagai ganti hukum rajam yang harusnya kamu terima. Sudah sana! Nikahi dia!" dengan mata melotot tentunya, tanpa tangis. Eh! Ada yang ketinggalan, "Jangan lupa ceraikan aku!" ===> marah itu bukan karena perselingkuhannya ya.. tapi karena kehamilan si jalang simpanannya!
Pada point ke 2 dan 3 saya memutuskan melepaskan si Adam untuk bersama si jalang itu. Ketika berdiskusi dengan perempuan lain, teman diskusi saya menyalahkan saya. Menurut dia sebagai istri kita wajib mempertahankan suami. Kalau di mata saya itu kok jadi ajang perang antara istri solehah dengan perempuan jalang ya? Dan saya tidak sudi melakukannya terkecuali pada point 1 (dimana si suami minta istri untuk menolongnya lepas dari jeratan si jalang).

Sekarang, kalau you girls sedang mengalami pahitnya dikhianati. Hnggghh... C'mon! Jangan berlebihan kecewanya, memang mau nangis juga setiap matahari timbul dan tenggelam? Bukankah itu hal yang sama wajarnya? Hahaha....

Coba deh lihat sisi lainnya:
Kasihan lho mereka itu (kecuali yang tipe buaya laknat ya!).. banyak diantara mereka yang benar-benar mencintai pasangannya dan teguh dengan komitmen, sayangnya godaan begitu kuat menerpa mereka, sementara kecenderungan dalam dirinya adalah menjelajah dan menaklukkan (apalagi kalau yang lagi puber, baik puber pertama atau yang ke dua yang katanya lebih dahsyat). Bayangkan betapa repotnya mereka menghabiskan malam demi malam bergulat untuk mengalahkan kodrat dirinya sendiri, sembunyi di WC kantor, di balik meja kerja, mengendap-endap masuk mobil untuk menghindari perempuan yang menarik hatinya dan ngacir dari parkiran buru-buru, bahkan mengucapkan 'I love you-I love you-I love you' ratusan kali saat bersama kita (bukan untuk meyakinkan diri kita tapi dirinya sendiri) itu semua untuk mempertahankan kesetiaannya pada kita. Dan ketika akhirnya dia kalah, dan berselingkuh. Masih juga digampari?? You better think twice!
Tapi untuk mereka yang jelas-jelas buaya laknat yang tiap hari cuma tahu selingkuh sana-sini, dan tak punya hati, mending lari jangan pikir-pikir lagi... kind a wasting time itu sih.

Itu menurut saya, ya Friends. Bagaimana kalian menyikapi, itu terserah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar