Hai


Selamat Datang - Welcome - Willkommen - Benvenuto - Bienvenue - Bienvenido

Buku Tamu

Pop up my Cbox

Rabu, 25 Juli 2012

Etika berlalulintas

Teman-teman...
Dengan menulis ini, bukan berarti saya mau mengatakan bahwa saya ini sangat beretika dalam berbagai aspek, bukan mau bilang saya ini orang paling sopan sedunia, melainkkan saya ingin menjadi seperti itu dan sedang dalam proses. Maka, yuk mari berlatih bersama.

Jakarta memang menyedihkan dalam hal transportasi, macet makin parah. Tingkat kendaraan pribadi yang terus meningkat memang menjadi indikator bahwa kondisi masyarakat makin makmur, tapi bisa juga menjadi pertanda bahwa masyarakat merasa tidak diakomodir oleh pemerintah dengan transportasi umum yang layak dan terjangkau, sehingga mereka seperti dibiarkan mencari solusi sendiri-sendiri, itulah sebab kita lihat motor semakin banyak di jalanan. Daripada sekali naik angkot bayar 3000 - 5000 rupiah, dan dari rumah ke kantor perlu minimal dua kali naik angkot, mendingan buat beli bensin motor ya?  :D

Kebanyakan kendaraan tumpah di jalan pastinya bikin sesak ruas jalan, saya tidak akan menyarankan teman-teman untuk beralih ke transportasi umum kalau memang kondisi transportasi umum kita belum baik, dari segi harga, keamanan, keandalan, dan integritas antar angkot kalau kita harus berpindah-pindah. Well, biar tahu rasa deh pemerintah! Mereka harus menyediakan transportasi umum yang baik untuk warga. Karena saya membebaskan teman-teman untuk naik motor dan mobil pribadi, maka yang paling baik saat ini adalah menjaga etika berlalu lintas, biar kemacetan tidak makin menjadi.

Kenapa saya bicara etika berlalu lintas itu penting? Ini gara-gara beberapa hari lalu, tepatnya 1 hari sebelum bulan Ramadhan, di Sawangan saya terjebak muaceeeeeeeeet parah! Yang hanya pantas terjadi macet macam ini kalau ada kecelakaan lalu lintas yang memakan habis 2 arah di jalan itu, sehingga masing-masing arah tertutup kendaraan korban yang belum dievakuasi. Kalau memang begitu adanya, macetnya karena terjadi kecelakaan yaaa.... harap maklum lah. Tapi, kalau macet aje gile begitu karena pengguna jalan yang tidak beretika, aduuuuuuh..... emosi tingkat tinggi dong saya jadinya!

Kondisinya saat itu ada pertigaan, ada mobil yang badannya sudah setengah masuk di jalan utama, sayangnya pengguna kendaraan bermotor yang volumenya sedang sangat banyak dari arah Jakarta tidak sabaran, mengambil jalur yang harusnya dipergunakan untuk kendaraan dari Bogor. Saking banyaknya motor dari Jakarta yang mengambil jalur tetangganya, maka kendaraan dari Bogor tidak bisa maju lagi. Motor-motor itu bingung melihat lawannya yang diambil jalannya tidak bisa maju, sementara merekapun tidak bisa mundur lagi untuk memberikan hak pada lawannya sebab di belakang motor sudah berderet-deret begitu panjang. Saya adalah salah satu yang terenggut haknya, dari Bogor menuju Jakarta. Di barisan terdepan adalah Taxi yang sama sekali tidak bisa maju lagi, di sisi kanannya paha pengguna motor sudah nyaris nempel di body Taxi, di sisi kiri ada pembatas dengan got yang sudah menggores body Taxi.

Saat itu kacau betul, seumur hidup saya melihat kemacetan total dimana kendaraan bahkan tidak bisa merayap hanya kalau saya sedang mudik lebaran yang sialnya bertepatan dengan hari puncak arus mudik, dan ditambah ada kecelakaan lalu lintas pula. Total mesin dimatikan!

Yang bikin malu saat tragedi Sawangan (lebay amat ya?) itu adalah melihat Pak ogah dengan peluitnya bertampang tegang dan emosi menyempriti pengemudi yang yang merupakan warga pintar-pintar dan pulang dari kantornya itu. Ini bagi saya benar-benar memalukan tingkat tinggi, teman-teman! Bagaimana mungkin orang-orang berkantor di gedung keren, berpakaian keren, bersepatu mengkilap itu membuat pelanggaran etika macam ini sehingga membuat baik mereka, maupun lawannya yang datang dari arah Bogor terhambat berjam-jam, dan akhirnya seorang Pak ogah yang nota bene sering mereka cemooh itu harus muncul untuk mengatur-ngatur dan menertibkan mereka. Apa ini bukan memalukan level tinggi? 

Terus, yang luar biasa aneh bin ajaib dan bikin saya yang sedang emosi malah mendadak pingin tertawa adalah saat ada lelaki muda dari arah Jakarta yang bertanya dengan tampang serius pada pengguna motor dari arah lawannya, "ada apa sih, Pak? Kok macet sampai begini parah?"
Alamaaaak!!! Halloooo....... ini macet karena dirimu berada di tempat yang tidak seharusnya. Haha.... lucu banget 'kan? Masa' nggak merasa sih kalau dirinya penyebab macet?

Akhirnya mereka yang kelelahan setelah seharian bekerja di Jakarta itu malah terhambat, berjam-jam lho, teman! Dan kami yang habis dari Bogor juga terhambat karena ulah mereka. Nggak ada yang bisa pulang lebih cepat 'kan akibat pengambilan hak orang itu? Justru malah jadi tambah 2 jam (bagi saya yang kebetulan ada di baris-baris terdepan) lebih lama dari waktu normalnya, entah deh bagi mereka-mereka yang dibelakang saya.

Makanya, yuk kita perhatikan lagi manner kita di jalan raya! Bukan cuma table manner aja yang perlu ditingkatkan sampai ambil-ambil kursus segala, manner di jalan raya juga penting. Kalau kamu makan berantakan di meja, atau salah pakai sendok atau garpu, paling orang lain mesem-mesem. Tapi kalau kamu ambil jalur orang dan orang yang berhak itu jadi terhambat, itu kan korupsi! Apa bedanya coba dengan nyuri? Cuma benda targetnya aja yang beda, kalau pencuri yang dipasar 'kan biasanya ambil dompet orang, nah kalau ini pencurinya ambil jalan orang. Sama-sama merugikan.

Etika berlalu lintas yang mau saya tekankan bukan 'jangan terobos lampu merah', 'pakailah helm standar SNI', 'nyalakan lampu siang dan malam bagi pengguna motor', 'jangan abaikan rambu-rambu lalu lintas'. Tapi, salah satunya penting juga 'perhatikan tata cara menyalip dan menggunakan lajur lawan'.
Bagaimanakah tata cara penggunaan jalur lawan yang baik dan benar?

Pada prinsipnya jalur lawan itu boleh dipakai, makanya di median (bagian tengah) jalan ada garis putih yang terkadang putus-putus dan terkadang menerus. Menurut saya, penggunaan jalur lawan adalah sesimpel memberikan pada orang lain apa yang menjadi haknya. Kalau di depan mata kita terlihat ada pengguna jalan dari arah berlawanan dengan jarak yang cukup dekat, maka tahan dulu, jangan pakai jalurnya sampai dia sudah lewat. Kalau tetap mau nekat ambil jalurnya, maka perhitungkan waktu, jangan sampai dia harus berhenti gara-gara ulah kita. Jangankan sampai membuat dia berhenti, membuat dia mengerem saja, itu berarti kita sudah mengambil kebebasannya sebanyak seper sekian detik.
Selain itu, berikan sinyal (lampu sen) saat kita akan menyalip dan menggunakan jalur lawan, selain supaya kendaraan yang akan kita salip itu paham bahwa kita akan mendahuluinya sehingga dia tidak menaikkan kecepatan, juga supaya kendaraan dari arah berlawanan mengerti bahwa kita akan menggunakan jalan dia. Perhatikan kalau kendaraan dari arah berlawanan itu malah menembak kita dengan lampu jauhnya, itu pertanda menurut dia jarak head to head kalian sudah terlalu dekat, dan dia tidak mau mengerem untuk membiarkan kita menggunakan jalannya, maka jangan paksakan menyalip.

Yang tak kalah pentingnya selain tata cara penggunaan jalur lawan, adalah melintas di zebra cross. Nah... Dalam hal satu ini, pengemudi kendaraan di Jakarta bisa dibilang masih udik. Berhubung dua tahun terakhir ini saya ambil kuliah lagi di UI, di mana banyak stasiun kereta, saya sering melihat orang menyeberang di zebra cross dari atau menuju stasiun disemprot dan dikatai bego, tolol atau disebut dengan macam-macam jenis hewan oleh pengguna motor yang sedang asoy geboy ngebut. Aduuuuuuh..... Bagaimana sih ini ceritanya? Yang sebenarnya perlu dimaki itu yang mana?

Kalau si pejalan kaki menyeberang bukan pada tempatnya, maka makilah dia. Tapi kalau dia melintas di zebra cross, maka berhentilah wahai pengguna kendaraan bermotor! Tak perduli sedang sengebut apapun! Begitulah aturan mainnya. Makanya, kalau dari kejauhan sudah terlihat zebra cross, baik di tepian jalan ada pejalan kaki ataupun tidak, sebaiknya pengguna kendaraan bermotor menurunkan kecepatan, untuk antisipasi kalau ada pejalan kaki yang datang dan menyeberang. Ini kembali lagi kepada masalah hak. Memang betul badan jalan sebagian besar diperuntukkan bagi pengguna kendaraan bermotor, tapi ada beberapa section yang merupakan hak pejalan kaki, yakni zebra cross. Dan itu paten, tidak boleh ditawar, harus diberikan kepada pejalan kaki yang mau menyeberang di sana. Kalau tetap ngebut apalagi sambil memaki pejalan kaki yang sedang menyeberang, itu bisa dikatakan 'super udik'. Begituuuuuuuuu......

Sebelum pemerintah berhasil menyediakan transportasi umum yang handal, layak, terjangkau dan terintegrasi dengan baik, yuk! Sama-sama kita protes pemerintah dengan masing-masing menggunakan alat transportasi termurah dan terefisien yang bisa kita temukan (hehehehehe hohohoho provokator!) Tapi, pas mau berangkat, ingat yang 4 jangan ditinggal; SIM, STNK, otak, etika. 


Saya mau makan sahur dulu ya!





Sabtu, 19 Juni 2010

Ketika Adam Selingkuh














"Kalau bukan kita yang berhasil membuatnya 'mencintai hanya satu', mungkin kita memang bukan tulang rusuk dia yg hilang."




Saya tidak pernah lagi terkejut ketika ada makhluk Adam menghianati pasangannya, meskipun begitu saya selaluuuu... saja mau menangis setiap ada perempuan terdekat yang dihianati. Bukan penghianatan si Adam itu yang membuat saya mau menangis, tapi karena saya miris banget melihat perempuan terdekat saya itu begitu terluka, nelangsa. Kebanyakan perempuan terdekat saya yang dihianati adalah jenis perempuan yang selalu mencoba memberikan dan menjadi yang terbaik untuk pasangannya. Sehingga mereka begitu terpukul emosi, ragawi begitu dihianati.

Kalau saya sudah berhenti terkejut-kejut setiap kali ada penghianatan sejaaaak... lama lalu (apaan tuh 'lama lalu'?). Pasalnya saya sudah memahami penghianatan para Adam selayaknya saya menerima dengan ikhlas bahwa ketika sudah saatnya maka mentari akan terbit, dan beberapa jam kemudian matahari akan tenggelam. Persis seperti saya memahami bahwa di Indonesia matahari layaknya muncul dari Timur dan tenggelam di barat. Selayaknya saya hapal bahwa warna daun segar dan rumput di halaman rumah adalah hijau. Begitulah saya hapal tabiat para Adam. Sehingga saya tak lagi shock dan tergugu-gugu.

Kok bisa begitu jeng?
Awalnya tentu tidak. Berbilang tahun lalu, ketika saya menghadapi perempuan terpenting dalam hidup saya dihianati saya kehilangan jati diri. Dua tahun kemudian, saya mengalami secara langsung (Live kayak pertandingan world cup) bagaimana rasanya dihianati kekasih, tentu saja sebagai seorang yang terlahir dengan pembawaan perfeksionis (bukan dalam penampilan), menjunjung kesetiaan, kesejatian dan percaya cinta sejati itu eksis, saat itu saya mengalami saat terburuk dan nyaris kehilangan kenormalan. Sesudah itu, saya mendengar rumah tangga-rumah tangga sekeliling saya juga dihianati, saya nyengir kuda, miris.

Seiring dengan waktu, setelah saya mampu membeli bacaan dan bukan sekedar membaca apapun yang ayah saya beli, saya mendapat jawab atas pertanyaan kenapa makhluk Adam mempunyai tabiat seperti itu. Ternyata, dari segi psikologis, biologis, sosiologis dll ternyata mereka memang 'diberkahi' dengan pembawaan seperti itu. Dari segi biologis misalnya, in a simply way: mereka adalah jenis makhluk kebanyakan hormon!

Lalu saya berkata pada diri sendiri: 'Laki-laki diciptakan Tuhan dengan ciri-ciri berbadan kokoh dengan kotak-kotak tegas, sarat otot dan kuat, mempunyai kemampuan memimpin, cenderung menggunakan otak, logis, dan cenderung selingkuh. Dan perempuan diciptakan Tuhan dengan ciri-ciri berbadan lembut dengan lekuk-lekuk halus, mempunyai kemampuan menghadirkan makhluk kecil, penyayang, cenderung menggunakan hati, dan belas kasih.'
Maklumlah saya bahwa ketika Tuhan menciptakan mereka, mereka diciptakan lengkap disertai kecenderungan, pembawaan dan fisik seperti itu.

Kemudian suara hati yang lain kontan menyentak; "Nah!! Tuh tahu! Kalau gitu apa masih mau marah kalau Adammu selingkuh? Bukankah kamu tahu kalau mereka diciptakan Tuhan lengkap dengan ototnya, otaknya, penisnya, jiwa kepemimpinannya, keegoisannya dan kecenderungan selingkuh?"
Hnggh.... mau protes, girls? Saya sih tidak... Mana berani saya memprotes apa yang sudah Tuhan kehendaki. Lagian juga terlihat konyol dan bodoh rasanya memprotes matahari terbit, matahari tenggelam, memprotes rotasi bumi, dan memprotes bahwa perempuan mempunyai vagina, pria punya penis. Jadi di mata saya konyol dan bodoh juga kalau memprotes pria selingkuh (tinggal pilih; forgive him or forget him!)

Meskipun Adam saya belum (belum tertangkap basah) selingkuh, saya berbesar hati bahwa hari itu akan tiba (seperti saya berbesar hati bahwa yang hidup pasti mati, dan kiamat akan datang). Berdasarkan kemakluman-kemakluman saya terhadap hal itu, saya sudah merancang skenario kalau si Adam suatu malam datang membawa bunga atau berlian untuk menyogok saya, dengan tampang serba salah karena ketahuan (atau mau mengaku) selingkuh.
Mau tahu bayangan saya? Begini....

Saya akan menyetel suara agar tetap lembut (walau hati membara dan mau ambil pisau daging di dapur) dan tertawa pelan sambil menatapnya prihatin (kok malah tertawa? C'mon girls... Adam saya hanyalah seorang pria yang sangat ingin setia (tapi gagal) dan telah berusaha keras untuk melawan kecenderungan selingkuh yang jelas-jelas sudah Tuhan sertai padanya ketika dia akan diciptakan, lalu saya tanya: "Apa mas serius dengan dia?"
Dibayangan saya jawabannya ada beberapa kemungkinan:
  • "Tidak, dear... Sungguh! Ini kekhilafan... maafkan saya, dear.. Please don't go, I definitely can not life without you". Dengan tampang mau nangis, bahkan mengucapkan 'can not' tegas-tegas dan bukannya 'can't' saja. Dan meskipun badannya sebesar David Beckham, berani ngebut seperti mau saingan dengan Schumacher, dan memimpin secerdas Anindya Bakrie, disaat terpuruk dan takut kehilangan si Adam selalu bersimpuh, memeluk dan menenggelamkan wajah di dada. Maka saya akan membelai kepalanya sambil bilang: "Jangan lakukan itu lagi. Kalau suatu hari nanti terjadi lagi situasi di mana mas tergoda, bilanglah terus terang! Berdua kita akan lawan rasa tergoda itu, dan usir si penggoda.
  • "Saya serius dengan dia. Maafkan." Kalau begitu saya akan mengangguk dengan hati dibesar-besarkan, tidak menangis. Relakan sajalah... Cuma Tuhan yang punya kendali akan memberikan hati siapa kepada siapa.
  • "Saya tidak pernah merasa perasaan sehebat ini, dear! Bersama dia saya sangat bahagia. Everything just seems right! Dan....... dia.... hamil." Saya akan tampar dia (bolak-balik dan sangat keras), lalu bilang: "Tamparan itu sebagai ganti hukum rajam yang harusnya kamu terima. Sudah sana! Nikahi dia!" dengan mata melotot tentunya, tanpa tangis. Eh! Ada yang ketinggalan, "Jangan lupa ceraikan aku!" ===> marah itu bukan karena perselingkuhannya ya.. tapi karena kehamilan si jalang simpanannya!
Pada point ke 2 dan 3 saya memutuskan melepaskan si Adam untuk bersama si jalang itu. Ketika berdiskusi dengan perempuan lain, teman diskusi saya menyalahkan saya. Menurut dia sebagai istri kita wajib mempertahankan suami. Kalau di mata saya itu kok jadi ajang perang antara istri solehah dengan perempuan jalang ya? Dan saya tidak sudi melakukannya terkecuali pada point 1 (dimana si suami minta istri untuk menolongnya lepas dari jeratan si jalang).

Sekarang, kalau you girls sedang mengalami pahitnya dikhianati. Hnggghh... C'mon! Jangan berlebihan kecewanya, memang mau nangis juga setiap matahari timbul dan tenggelam? Bukankah itu hal yang sama wajarnya? Hahaha....

Coba deh lihat sisi lainnya:
Kasihan lho mereka itu (kecuali yang tipe buaya laknat ya!).. banyak diantara mereka yang benar-benar mencintai pasangannya dan teguh dengan komitmen, sayangnya godaan begitu kuat menerpa mereka, sementara kecenderungan dalam dirinya adalah menjelajah dan menaklukkan (apalagi kalau yang lagi puber, baik puber pertama atau yang ke dua yang katanya lebih dahsyat). Bayangkan betapa repotnya mereka menghabiskan malam demi malam bergulat untuk mengalahkan kodrat dirinya sendiri, sembunyi di WC kantor, di balik meja kerja, mengendap-endap masuk mobil untuk menghindari perempuan yang menarik hatinya dan ngacir dari parkiran buru-buru, bahkan mengucapkan 'I love you-I love you-I love you' ratusan kali saat bersama kita (bukan untuk meyakinkan diri kita tapi dirinya sendiri) itu semua untuk mempertahankan kesetiaannya pada kita. Dan ketika akhirnya dia kalah, dan berselingkuh. Masih juga digampari?? You better think twice!
Tapi untuk mereka yang jelas-jelas buaya laknat yang tiap hari cuma tahu selingkuh sana-sini, dan tak punya hati, mending lari jangan pikir-pikir lagi... kind a wasting time itu sih.

Itu menurut saya, ya Friends. Bagaimana kalian menyikapi, itu terserah.




Selasa, 15 Juni 2010

Ngiri: Kalau Menanam Pasti Menuai, Nggak Tanam? Jangan Harap!

Belakangan ini saya dibuat iriiiiiiii terus!
Yang saya ingat adalah sejak wafatnya Ibu negara Hasri Ainun Habibie, mata saya dibombardir keromantisan pasangan cerdas ini, baik melalui layar kaca maupun dunia maya. Habis itu.... belakangan sejak salah seorang teman kuliah S1 saya dulu 'menemukan' akun facebook saya jadilah kemudian saya dibanjiri teman-teman kuliah yang meng-add... senang sih... tapi.... hiks.... para senior pasang foto mesra dengan suami/istrinya, sementara junior pejeng foto mesra dengan pacar masing-masing. Lha saya?......

Memangnya kamu nggak mesra jeng dengan suami? Pasti teman-teman reader tanya begitu 'kan? Biarlah... saya bukan selebritis ini... siapa juga yang mau perduli kalau penulis novel 'The Ordinary Man' (yang masih pendiiiiiiing aja di pasaran) ternyata iri hati pada pasangan-pasangan yang mesra?
Jadi jawabnya, ya... Saya nggak mesra dengan pasangan. Itu sebabnya saya tidak pernah menulis di wall facebook mengenai kondisi hubungan kami, yang saya tulis di wall melulu mengenai bisnis saya, kondisi market, si kecil atau aktivitas umum lainnya. Bahkan meskipun iri setengah mampus saya nyaris tak pernah 'curhat' di wall bahwa saya iri dan sepi.... beuw..... tetangga tutup pagar rapat-rapat ada ibu muda kesepian! (gitu ya reaksi anda? hehe...)

Sampai suatu pagi, ketika 'keirian' itu memuncak, saya menemukan sesuatu yang nampar di facebook salah satu dosen saya. Di akhir note yang lumayan panjang, saya temukan kalimat yang kurang-lebih begini:
Jangan harapkan dicintai kalau kamu tidak mencintai

Begitu kira-kira (saya tidak mungkin copy paste kalimatnya). Saya tertampar, atau mungkin tertonjok. Benar banget tuh!!!
Gila apa saya selama ini?? Saya belum pernah menjadi pribadi yang mengharapkan sesuatu/hasil dari apa yang tidak saya lakukan/berikan/kerjakan (paham 'kan?) lantas kenapa dalam hal ini (baca: cinta) saya mengharapkan hal itu (baca: dicintai) padahal saya tidak melakukannya (baca: mencintai). Paham nggak, guys??

Saya tercenung bermenit-menit, mata saya mengulang-ulang membaca kalimat itu, sementara otak menerawang ke tahun-tahun yang sudah kami lewati bersama. Saya, kamu, dan siapapun di dunia ini seharusnya tidak meratap terus dan berdiri di muka bumi sambil mengeluh dan bertanya-tanya kenapa hari-hari terus saja terasa sepi. Ayolah....... pilih satu! Lalu cintai dia dengan sebenar-benarnya dan lihat hasilnya. Kalau terus saja meratap itu sepi nggak akan pergi. Hari harus diisi dengan; pekerjaan, semangat, dan cinta. Ya 'kan?

Nggak segampang itu bu...... kamu sendiri gimana? Pasti teman-teman tanya gitu ke saya.
Ya nggak mungkin lah saya nyuruh-nyuruh teman-teman untuk pilih satu cinta sementara saya cuma omong doang tak ada aksi. Saya juga aksi!
Baikan sama si dia, bu?
Bukan! Saya cari-cari target tuh di facebook (kalem)

DOSAAAAAAAA!
Emang.... (hihi... bercandaaaaa!)

Sabtu, 05 Juni 2010

Mau?

Cium aku....

Bukan cuma sewaktu kulitku mulus dan wangi. Bukan hanya di saat aku sehat. Bukan sekedar ketika terlihat nakal dan mengundang. Maukah cium aku sewaktu aku keriput, tak wangi, sakit, hampir mati.




Would you kiss me?
Not only when I'm a pretty lady, luxury beauty, tasty....
Not only when I'm in amazing healthy.
Nor when I am bitchy and sexy.
Would you kiss me? If I'm wrinkled totally, lost my beauty, crying, stink, dying.



Mr. BJ Habibie - Mrs. Hasri Ainun Habibie

Minggu, 30 Mei 2010

Pending, Buaya; Love Him or Leave Him?

Sedih nih.... gara-garanya novel saya 'The Ordinary Man" itu tiba-tiba di pending masuk pasar, dengan alasan yang nggak bisa dijelaskan dengan baik, selain 'pending sebentar lagi, ada masalah intern'. Hrgh... mau apa lagi?? Hiks-hiks...
Cepetan kek pendingnyaaaaaaaaa.... hwaaa-haaaa.... <=== itu nangis, bukan ketawa.
Belakangan saya susaaaah... buanget untuk posting, bukan sekedar karena sibuk, tapi juga mendadak bingung mau post apaan. Saya nggak terlalu suka post yang nggak ada maknanya, selain kalau lagi kepepet seperti sekarang ini (moga-moga jangan sering kepepetnya).

Oh iya, adik perempuan saya, setelah bertahun-tahun putus dari pacar pertamanya yang bernama sama dengan nama ayah kami (hihihi... saya sih nggak mood pacaran dengan cowok yang namanya sama dengan nama ayah, jadi kebayang mulu 'kan pas berduaan!), sekarang dapat pacar lagi yang guanteng. Persis seperti salah satu aktor beken di Filipina, dan memang doi tinggal di Filipina. Namun teman-teman, namanya juga laki-laki ya... yang nggak ganteng aja buaya, apalagi yang ganteng bak aktor?? Ya wajarlah kalau tingkahnya bikin 'heghhh!!'

Buaya bener tuh cowok, saya sih anteng-anteng saja melihat tingkah nakal calon adik ipar yang kreatif mengakal-akali adik saya hihihi.... dan cengar-cengir mendengar celoteh adik saya yang lagi-lagi dikerjai si buaya ganteng itu. Apa mau dikata? Saya cuma bisa memberitahu kalau para buaya itu jenis cowok yang pintar, kreatif, imajinatif hehehe.... Jadi saya minta jangan ambil hati dengan kenakalannya. Cuma ada dua pilihan:
  1. Kalau kamu tipe cewek yang perfeksionis, ingin semua berjalan dengan sempurna, baik, sesuai dengan peraturan dan undang-undang, menjunjung tinggi kesetiaan. Haduh.... daripada kamu struk mending leave him!
  2. Tapi kalau kamu tipe cewek yang 'whatever lah dengan what you do', selama dia nggak minta putus ya biarin... kalau kamu tipe macam itu, go on! Lanjutkan saja... kamu pasti nggak akan ambil pusing dengan 'keonaran' yang dia buat, kamu nggak akan sakit hati lagi-lagi dikerjai si buaya, justru adanya kamu malah ketawa diam-diam karena sebenarnya tingkah dan akal-akalan mereka itu kekanak-kanakan dan kocak. (Kekanak-kanakan dan kocak?? Frau, you must be joking!!! Sakeeeeet ni hati!) Kalau dia ketahuan bikin onar, marahlah (pura-pura), tapi sebenarnya kamu nggak ambil pusing.
Kalau saya pribadi lebih memilih menyingkir jauh-jauh dari para pria yang saya masukkan ke kategori buaya, yang nggak buaya saja kadang-kadang bertingkah bak buaya, apalagi yang jelas-jelas masuk kategori buaya ya? Saya pikir semua perempuan suatu hari nanti akan merasakan dihianati oleh suami paling tidak satu kali seumur hidupnya, fardhu 'ain hukumnya, tidak ada yang bisa menolak dari kewajiban itu (huh? Dihianati kok kewajiban??). Bagi saya cukuplah jatah yang sekali seumur hidup dan wajib itu (kenapa jadi mirip pergi haji ya?) , saya nggak mau jadi yang tiap minggu merasakan disakiti.
Bagi saya berhubungan dengan buaya itu kind of wasting time, lagi pula saya selalu menuju relationship yang serius, hmm... bukan berarti berhubungan dengan buaya tidak bisa dikatakan serius. Buaya bisa saja serius dengan kamu, tapi... ya jangan heran kalau dia punya hasrat berkobar untuk coba-coba menaklukan cewek-cewek cantik dan menarik di matanya.

Buaya yang serius biasanya hunting-hunting, buru sana-sini cuma untuk uji pesona mereka saja, bersenang-senang atau jajal sensasi rasa baru, kalau ketahuan mereka langsung sujud di kaki kamu minta ampun, tapi nggak aneh kalau minggu depan dilakukan lagi acara hunting itu.

Ada yang bertanya pada saya apakah seorang buaya darat suatu hari nanti akan insaf?
Meskipun beberapa hari lalu di Yahoo saya membaca artikel tentang beberapa buaya Hollywood yang akhirnya bertekuk lutut pada satu wanita dan mereka punya anak (atau banyak anak). Tapi I'm not sure, sebelum si dia insaf bisa jadi kamu kena serangan jantung duluan, atau sakit jiwa. Eh... jangan pikir dengan saya menyebut sakit jiwa itu berarti gila ya... Sakit jiwa 'kan macam-macam, kehilangan kepercayaan terhadap semua laki-laki, curigaan, rendah diri yang parah, atau malah takut menjalin hubungan. Kalau kamu perempuan tipe 1 di atas, itu bisa saja terjadi.
Nah kalau saya.... diakalin buaya sekali saja sudah kapok dan mengutuk-ngutuki... Malahan, kalau nggak malu saya mau bikin komunitas "Bunuh Buaya Darat" atau "Gerakan Perempuan Menyantet Cewek Perebut Pacar/Suami Orang".
Big NO deh untuk para Bitch dan Buaya!

Kalau kamu?

Minggu, 23 Mei 2010

Tips; Melepaskan Diri dari Dia yang Sudah Lari

ku tahu kamu pasti rasa
apa yang ku rasa
ku tahu cepat atau lambat
kamu kan mengerti

hati bila dipaksakan
pasti takkan baik
pantasnya kamu mencintai
yang juga cintai dirimu cuma kamu

reff:
lepaskanlah ikatanmu dengan aku
biar kamu senang
bila berat melupakan aku
pelan-pelan saja

tak ada niat menyakiti
inilah hatiku
pantasnya kamu mencintai
yang juga cintai dirimu
cuma kamu

Hai teman, kamu pernah merasa stuck sama seseorang, nggak bisa melupakan dia, dan yakin benar bahwa dia adalah jodoh kamu, meskipun pada faktanya dia sudah dimiliki orang lain. Salah satu orang dekat saya sedang mengalami problema ini, dan akhirnya teman dari orang dekat saya itu minta saya menulis artikel ini; tentang bagaimana melepaskan diri dari jeratan orang yang nggak bisa kita miliki lagi.

Sejak si teman itu minta saya menulis ini, saya terus menunda-nunda tulisan ini, saya mikir... merenung, mencari ide, karena sebenarnya saya bukan orang yang berpengalaman dalam bidang ini, hehe... Tapi setelah sekian lama bertapa, saya pikir nggak ada gunanya saya tunda terus, jadi saya akan tulis seadanya yang saya tahu.

Kalau menurut saya pribadi, untuk tahu dia jodoh kita atau bukan, kayaknya banyak kode-kode alam yang bisa kita lihat. Salah satunya waktu dan kondisi dia. Jadi begini maksud saya... kalau kamu mencintai seorang perempuan, dari perempuan itu masih bau kencur sampai sekarang sudah besar, dan belum juga ada tanda-tanda bahwa dia bakalan mau kawin sama kamu. Itu adalah salah satu kode alam bahwa kalian nggak jodoh.

Kode alam ke dua; apalagi kalau dia kawin sama orang lain! Aduh.... cuma bikin penyakit kalau kamu bertahan, berharap sambil menunggu suami si dia ketabrak truk. Itu mungkin saja terjadi, tapi kapan? Bisa jadi pasangannya inceran kamu itu berumur panjang, bisa jadi juga hubungan mereka ever after, simpelnya; bisa jadi si dia nggak akan jadi janda. So, buat apa wasting time?

Saya sudah baca tips di internet tentang bagaimana cara melupakan mantan, dan semuanya bakal nggak mempan untuk diterapkan pada si orang terdekat saya itu (dan mungkin juga kamu?). Di antara tips-tips itu:

  1. Cari kesibukan. Gue udah sibuk banget, tapi di pelupuk mata si dia terus saja terbayang. Kurang sibuk apa gue? Bangun subuh, pulang kerja tengah malam!
  2. Mendekatkan diri ke keluarga. Bagaimana caranya sih? Ketahuan juga gue merantau di negeri seberang (Malin Kundang kaleee), telepon bisa, smsan bisa, Facebookan emak gue nggak bisa, lha kalau ketemuan tiap hari? Emang gue Doraemon?? "Pintu kemana saja!!"
  3. Simpan semua barang kenangan dalam kotak. Bukan cuma dimasukkin ke kotak, udah gue masukkin gudang, gue kunci dan gue telan itu kunci gudang! Tapi kenangan di hati dan dipikiran 'kan terus ada. Kata lagu dangdut; "Kenangan Tak kan hilang... terkenang selamanya. Kenangan tak kan lekang, terpaut dalam jiwa..."
  4. Saatnya berolahraga. Rasa-rasanya ini tips paling bodoh.... nggak usah lagi patah hati, pasti gue lakukan olahraga tiap hari, dalam suka maupun duka, lantas apa hubungannya melakukan olahraga dengan melupakan mantan?
  5. Bersyukur, berusaha, dan berdoa. Bagaimana maksudnya sih mbak?..... Bersyukur? Sudah tuh... syukur gue lebih cakep dari suaminya si dia. Berusaha; berusaha merebut dia gitu? Berdoa; berdoa supaya mereka cerai ya?? Nggak mutu nih tipsnya!
Tuh 'kan... di-smash semua tips-tips itu? Tapi tenang, saya masih ada satu tips lagi; CARI PENGGANTI. Pasti mau buru-buru bilang; "Dia tak tergantikan!"
Jadi manusia itu jangan sombong ya... (sombong itu pakaian Tuhan), mana ada manusia tak tergantikan? Apanya yang tidak bisa diganti?

Kecantikannya? Secantik apa sih dia? Dan kalau ternyata kamu mencintai dia sekedar karena kecantikannya, saya yakin cinta itu nggak akan abadi dan bisa digantikan dengan sosok cantik yang lain.

Kebaikannya? Begini ya mas.... perempuan itu sebenarnya 'mewarisi' sifat lembutnya Tuhan, walau bukan Maha Lembut ya... jadi pada dasarnya perempuan manapun punya sifat baik, apalagi terhadap orang-orang yang dia sayangi. Kalau kamu jadi sama inceran kamu itu, dia tentu cinta dan baik sama kamu, sekalipun kamu jadinya dengan perempuan lain, tentulah perempuan itu akan baik dan lembut sama kamu. Jadi, kalau kamu sudah mendapatkan hati seorang perempuan, maka andai dia perempuan paling canggih di dunia ini sekalipun akan bersifat lembut dan baik sama kamu. Iya toh? Okelah tiap perempuan punya kadar baik dan kelembutan yang berbeda-beda, silakan cari yang kadarnya sesuai selera kamu itu, jangan bilang nggak ada! Pasti ada.

Kecerdasannya? Ayolah.... masih ada banyak perempuan cerdas di era sekarang. Itu bukan alasan yang cukup kuat untuk kamu mengharapkan istri/pacar orang.

Kesalihannya? Begini mas... perempuan salihah tidak akan selingkuh dari suaminya, jadi sebaiknya kamu lupakan dia dan kejar yang lain. Nah kalau dia belum menikah dan masih dalam proses pacaran, perempuan salihah saya pikir menyimpan kesetiaan sejak masih pacaran. Jangan bilang si dia itu perempuan salihah kalau kamu godain dan dia masih tergoda, kalau itu yang terjadi saya tetap akan mengusulkan kamu cari perempuan lain untuk dinikahi, daripada suatu hari nanti si salihah itu selingkuh dari kamu.

Kombinasi dari semua itu? Jadi.... si mantan kamu itu cantik-cerdas-baik dan lembut-juga salihah? Makanya kamu sulit melupakan dia dan tetap mengupayakan dia kembali?
Saya paham deh kalau begitu... Tapi coba pikir begini; kalau kamu pernah memiliki si dia; seorang perempuan cantik yang cerdas dan salih tapi dia lepas, itu berarti kamu pernah melakukan kesalahan 'kan? Sehingga si cerdas itu lari? Kalau kamu sudah habiskan bertahun-tahun untuk membujuk dia kembali dan nggak berhasil... well... relakanlah! Ambil pelajaran, berjanjilah untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi pada pasangan kamu selanjutnya.

Tenang saja, perempuan cantik-cerdas-baik dan lembut-juga salihah pasti masih ada lagi di dunia ini selain dia. Jadi... Happy haunting-lah!
Jangan pernah bilang sama saya perempuan macam itu nggak ada lagi, dia ada, mas.... cuma kamunya yang terlalu rewel dan menutup mata juga hati, kamunya saja yang terlalu keras kepala. Coba deh buka diri.. cari si dia yang punya karakteristik macam itu, setelah ketemu yang macam itu lalu besarkan jiwa untuk menerima bahwa perempuan model itu ternyata ada duanya, pacari dia. Mungkin awalnya kamu cuma sekedar suka, tapi kalau kamu serius pasti perasaan di hati kamu bisa menguat. Setia dan fokuslah sama dia, sambil menjaga diri untuk tidak mengulangi kesalahan yang dulu. Pasti berhasil!

Terkahir; berusahalah dengan baik, tapi jangan memaksakan buru-buru menikah kalau cuma untuk menyaingi si mantan. Well... pelan-pelan saja....


Rabu, 19 Mei 2010

Tak Punya Sahabat? (Curhat Mode On)

Angel

Meskipun saya suka menulis dan nyuruh-nyuruh orang untuk belajar memahami yang terjadi di dunia dengan sudut yang lain dari vision yang kita miliki, tapi saya bukan orang yang benar-benar 'sehat' secara psikologis sebenarnya. Meski saya banyak dimintai nasihat dan dijadikan tempat curhat, tapi saya belum sepenuhnya 'waras'. Hehe.... tak ada yang tahu ya?

Salah satu yang nggak beres dari diri saya adalah masalah pergaulan. Hmmh... bukan saya anti sosial ya.. Di setiap level kehidupan saya selalu dikelilingi banyak orang, entah bagaimana bisa begitu, mungkin itu perpaduan dari tanggal lahir dan nama saya. Soalnya kalau saya iseng ikut kuis-kuis di internet yang membaca dari tanggal lahir dan nama pasti resultnya; banyak orang di sekeliling kamu, kamu disukai orang banyak, dan hal-hal macam itu.

Saya makhluk sosial, baik di dunia maya (kecuali chatting, deeeh... males banget) maupun nyata. Saya suka bertemu dengan kenalan saya di komunitas bisnis, saya suka hang out bareng teman kerja, atau di komunitas dan grup tertentu di mana saya bergabung di dalamnya. Begitu ramainya kehidupan saya selintas lalu, padahal sebenarnya saya TIDAK PUNYA SAHABAT.

Tidak ada sahabat, itu dengan sangat sengaja saya pilih, dengan sesadar-sadarnya. Kenapa saya lebih memilih hidup berteman namun tidak bersahabat bukan cerita menyenangkan untuk dikenang, tapi saya coba tulis di sini semoga ada pelajaran yang bisa dipetik.

Semasa SMP saya punya dua orang sahabat, sebut saja namanya Rosa dan Ida. Rosa cantik bukan kepalang, persis mawar beludru yang mewah. Ida juga cantik, rendah hati dan hatinya begitu lembut sampai-sampai dia cenderung terlihat cengeng. Kami berbagi apapun mulai dari hal besar hingga hal paling pribadi yang tak akan bisa kita bagi pada siapapun lagi. Sampai saya pernah berucap mereka adalah belahan jiwa saya.


Semua yang paling manis itu berubah jadi paling pahit, ketika bertahun-tahun kemudian akhirnya Rosa memacari pacar saya. Entah berapa lama dua orang terdekat saya itu berhianat, ketika akhirnya pacar saya memutuskan memberitahu mengenai orientasi hatinya yang menyimpang ke tetangga, Rosa menangis di depan saya mohon ampun. Apa mau dikata? Saya punya andil dalam penghianatan mereka,' kan saya yang minta pacar saya untuk akrab juga dengan para sahabat saya, saya juga nyuruh pacar saya nginap di rumah sakit sewaktu Rosa sakit parah, saya selalu minta Rosa menengahi kalau kami berantem. Intinya saya yang mendekatkan mereka, kalau lantas tumbuh rasa cinta di hati mereka, masak saya mau egois menyalahkan mereka berdua saja?

Saya memaafkan, di mulut, namun sejujurnya, saya adalah tipe orang yang memaafkan apapun kecuali penghianatan. Saya nggak kuat melihat kebersamaan sahabat saya dengan pacar saya, saya pergi. Sejak saat itu saya tidak punya sahabat. Hmmm... saya punya teman dekat sih di SMA namanya Rhenna, tapi tidak sekuat jalinan batin saya dengan Rosa dan Ida. Kedekatan saya dengan Rhenna tidak sampai pada tahap saya mau mengorbankan apapun seperti yang saya berikan pada Rosa dan Ida.

Begitu kondisi saya, sampai bertahun-tahun kemudian seorang perempuan menggugah hati saya. Dia kecil, mungil, cerewet setengah mati dan PD ampun-ampunan. Namanya... Kita sebut saja dia Kate. Saya bertemu Kate di kampus sebagai sesama mahasiswa baru, saya tersentuh dengan kecerewetan dan keterbukaannya, dia berasal dari salah satu kota di Papua. Selain Kate, di Jurusan teknik Sipil angkatan 2003 cuma ada saya, dan dua perempuan lagi, sebut saja Vie dan yang satu lagi... haduh... -susah banget sih cari nama- sebut saja Lala.

Saya kasihan sama Kate yang mengeluh kangen pada keluarga dan pacarnya, saya melihat ekspresi wajah dan juga ke dalam matanya. Kalau nggak malu, Kate pasti sebenarnya pingin merengek dan nangis, dalam hati saya iba... ya ampun... ini baru hari pertama kuliah setelah Masa Orientasi berlalu. Saat itu juga saya bertekad untuk jadi pengisi hari Kate, biar kate nggak kesepian, biar dia kuat dan nggak merana begitu. Biar tak muncul lagi ekspresi yang saya lihat begitu mengenaskan. Saya juga berpikir tak akan ada tragedi perebutan pacar lagi di sini, toh saya nggak punya pacar.

Dengan cepat kami berempat jadi begitu akrab, tak terpisahkan, jadi F4 di Jurusan itu. Sama-sama tertawa keras, sama-sama ganjen, sama-sama suka usilin teman-teman cowok, pokoknya seru. SERUUUUU banget! Saya pikir itu masa-masa paling indah di hidup saya. Saya nggak hiperbolis lho.... Kami senang.
Kate dengan pacarnya yang jauh di kampung halaman
Vie punya pacar yang kuliah di kampus lain yang nggak jauh dari kampus kami
Lala kemudianmemacari senior di kampus kami tapi di jurusan yang berbeda
Aku... aku disibukkan dengan mantan pacar yang merengek minta balik, dan seorang pria tampan yang sempurna yang belum bisa saya jatuhi cinta sepenuhnya. Complicated saat itu urusan romantisme saya. Belum lagi para cowok di fakultas yang heboh meramaikan hari dan hati saya juga.

Semuanya mulai berantakan ketika Lala yang lugu melakukan kesalahan seperti yang saya lakukan dulu terhadap Rosa dan pacar -mantan pacar- saya; mengakrabkan pacar pada sahabat. Well... kita sebut saja Dudi untuk nama pacar Lala. Dudi bergabung bersama kami, tiap hari... betul-betul tiap hari, berjam-jam. Kelainan mulai terjadi, cara Dudi menatap saya, cara Dudi berkomentar, caranya memperhatikan.
Kelainan itu berlanjut hingga cara Dudi mengirimi sms-sms dan ucapannya saat menelepon saya. Kate menyadari perubahan itu, Vie juga. Setelah Dudi makin kelewatan, akhirnya aku, Kate, dan Vie memutuskan memberi tahu Lala bahwa Dudi adalah pecundang yang sedang mencoba merayu aku. Sayangnya kami bertiga juga menyadari Lala adalah tipikal cewe keras kepala yang saat itu masih sulit mendengar masukan dari orang, dan sangat percaya bahwa pacarnya adalah tipe setia dan tulus, jadi kami harus mempersiapkan banyak bukti. Kate dan Vie meminta aku menyimpan semua sms rayuan Dudi.

Sms rayuan Dudi memang kuat membuktikan bagaimana perasaan Dudi pada saya, kata-kata kangen, pujian, puisi, dan bahkan dia memanggil saya dengan sebutan 'tuan puteri'. Kate yang temperamen makin hari semakin tidak bisa menyembunyian kebenciannya pada Dudi yang sudah menghianati Lala. Lala yang belum ngerti kondisi cuma paham Kate makin hari makin membenci pacarnya dan tak habis pikir akan hal itu. Puncaknya, suatu siang di kosan Kate, Kate dan Lala sempat bersitegang dan adu mulut. Aku dan Vie menengahi dan membujuk agar Kate sabar.

Proyek pembuktian kebejatan Dudi berakhir ketika teman kami, sebut saja Wino yang dulu mengenalkan Dudi pada Lala mencium gerakan proyek rahasia kami ini. Suatu hari Wino bicara dari hati ke hati, meminta saya menghentikan proyek kami itu, karena kalau terjadi keributan antara Lala dan Dudi, pasti dirinya yang pertama kali merasa bersalah. Well... saya pernah bilang 'kan kalau saya ini mudah iba pada orang? Sialnya siang itu saya iba pada Wino. Dan akhirnya membujuk Kate dan Vie untuk menyudahi ini semua, apalagi kemudian tak lama berselang Dudi dan Lala putus karena tidak direstui keluarga Lala. Simcard penuh bukti rayuan Dudi saya singkirkan dari ponsel.

Sialnya tak lama kemudian ada orang yang memberi tahu Lala kalau dulu Dudi pernah 'nembak' saya semasa masih pacaran dengan Lala. Lala bertanya dengan ekspresi tegang dan menuntut kejujuran saya. Awalnya saya tutupi kebejatan mantan pacarnya itu dengan pertimbangan buat apa membuat luka? Toh mereka sudah putus. Tapi Lala nggak percaya dan mulai emosional. Saya mengakuinya, Lala kemudian meminta Dudi datang ke kampus.

Itu hari terburuk dalam sejarah hidup saya yang tak akan pernah bisa saya lupakan (lebih buruk dari hari di mana saya nyaris diperkosa orang). Yang tak akan pernah bisa saya hapus dari ingatan. Yang rasa sakitnya tak pernah berhasil saya hilangkan. Sungguh saya tak mau terus sakit akibat kenangan hari itu, saya coba memaafkan dan biarkan... namun nyatanya rasa sakitnya begitu dalam.

Dudi menyangkal semua tuduhan, justru dengan kemampuan olah kata yang dimiliki Dudi yang selalu diacungi jempol oleh siapapun yang mengenalnya, dipadu dengan kepiawaian aktingnya yang terasah karena dia bergabung bertahun-tahun di teater kampus kami, Dudi memutarbalik semua yang terjadi. Saya diposisikan sebagai orang yang nggak paham membaca sikap Dudi, orang yang ke ge-eran, orang yang justru mencoba menarik perhatian Dudi dan bukan sebaliknya.

OMG, benarkah saya ke GR-an? Lalu kenapa Kate bisa merasakan kejanggalan sikap Dudi, begitupun Lala? Kenapa Kate bisa sampai ngamuk siang itu di kosannya karena sudah tidak tahan memendam benci? Kenapa Dudi bilang kangen ke saya dan tidak ke para sahabat Lala yang lain? Kenapa dia menyebut saya 'sayang', 'puteri' dan kenapa dia pernah bilang ke saya bahwa suara saya adalah jenis suara yang ideal di telinga dia dan dia harapkan kalau punya pacar ya yang punya suara seperti suara saya. Kenapa dia bisa membaca ekspresi saya, cara saya duduk, saat saya melamun dan bagaimana dia bisa berkata 'aku tahu kamu punya banyak masalah, sini-sini... datanglah...bagilah ke aku...'
Dan bahkan sampai-sampai ayah saya juga pernah mengira kalau Dudi itu pacar saya, dan -untungnya- tanpa pernah bicara banyak dengan Dudi ayah saya menilai bahwa Dudi bukan tipe yang baik.

Mana buktinya kalau Dudi yang merayu saya dan bukan sebaliknya?
Saya sudah tidak tahu kemana Simcard itu.
Jadi siang itu untuk pertama kalinya saya melihat makhluk paling munafik meneriaki saya, menggebrak meja di depan muka saya, menatap saya dengan jijik dan penuh kemunafikan, menyimpulkan saya adalah perempuan kesepian yang mencoba merayu pacar sahabatnya. Saya tak bisa membuktikan apapun, dan yang membuat lebih buruk adalah kenyataan bahwa Kate dan Vie cuma terdiam menonton saya, Lala dan Dudi saling berteriak. Mereka berdiam diri melihat saya dipecundangi, diperlakukan bak pelacur yang ketangkap basah oleh Satpol PP.

Setelah menit-menit panjang mengerikan dan penuh emosi, saya hanya bisa mengatakan kalimat akhir sekaligus penutup; 'Dudi, elo boleh menyangkal ini semua, tapi hati lo yang paling dalam tahu apa yang terjadi sesungguhnya. Hati lo yang paling dalam tahu betul, dan nggak akan pernah bisa bohong. Ingat itu, Dudi.'

Ya Tuhan.... syukur saya nggak jatuh cinta pada Dudi.
Syukurlah saya nggak pernah suka sama dia. Karena dia bukan jenis pria yang bisa menjadi suami. Okelah dia bergelar Sarjana Ekonomi, tapi 'kan untuk menjadi suami bukan sekedar dibutuhkan titel, tapi loyalitas, dedikasi, kebesaran hati, ke ksatriaan jiwa yang mau mengakui kesalahan dan minta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya. Dan yang terpenting; kejujuran.

Itu pengalaman besar saya tentang salah membaca orang; Dudi itu rajin shalat, mudah bergaul, bertampang lumayan, tinggi berkisar 175 cm, dan sangat menyayangi ibunya yang sudah menjanda, punya tatapan yang membuat siapapun iba pada saat dia sedang berduka.
Seperti saya salah membaca Rosa yang saya pikir nggak akan berbuat selayaknya bitch, tahunya dia mencium pacar saya dibelakang punggung saya; dia lembut, putih, pendek, kecil, sedikit gemuk, terlihat lemah, berjilbab, alim.

Lhaaaa..... 'kan bukan itu inti postingan ini. Intinya adalah bahwa saya akhirnya nggak punya sahabat. Seusai tragedi Dudi menyangkal, Kate dan Vie cuma berdiam diri, Lala nggak percaya sama saya, saya menarik diri dari pergaulan kampus.
Dan ketika akhirnya saya menemukan kembali Simcard berisi bukti kebejatan Dudi, saya bicara pada Kate dan Vie bahwa saya akan menunjukkan bukti-bukti itu pada Lala supaya Lala mau percaya lagi sama saya, supaya nama saya kembali bersih. Tapi Kate malah bilang; 'udahlah... lupain aja, kasihan Lala'. Saya terhenyak, mereka kasihan pada Lala kalau kita tunjukkan bukti itu. Tapi kenapa nggak kasihan pada saya yang harus diposisikan sebagai orang tercela selamanya??

Itu hari terakhir saya bicara panjang pada Kate dan Vie.
Sisa hari-hari saya menjalani kuliah di kampus tercinta, setiap bertemu dan memang harus selalu bertemu mereka, yang saya keluarkan hanya sapaan 'hai', kadang hanya senyuman sekilas, atau menjawab kalau mereka bertanya.

Hingga kini saya belum punya sahabat. Dan merasa nyaman dengan itu.
Saat saya menghadapi masalah yang tak bisa dibagi dengan teman bergaul, saudara atau anggota keluarga lain jadilah saya menghadapi masalah itu sendirian, saya berdebat dengan diri saya sendiri, lalu menimbang-nimbang dan berdiskusi dengan diri saya sendiri. Terkadang saya membuat diagram SWOT untuk menganalisa masalah itu. Akhirnya menemukan jawaban atas permasalahan-permasalahan saya.

Saya memang beredar di masyarakat, bergaul, ngobrol, nongkrong di SenCi, FX, atau tempat gaul lainnya. Saya mendengarkan orang yang curhat dan memberi masukan. Tapi saya tak membiarkan mereka masuk lebih dalam ke hidup saya. Saya tak ingin direpotkan lagi. Di hidup saya, setiap makhluk yang mampu menembus barigade saya, dan akhirnya masuk lebih dalam, lalu menyandang status sebagai 'orang-orang terdekat', yang saya rasakan kemudian hanya membawa kepelikan, masalah, sakit, dan tekanan.

Mau sampai kapan saya begini? Saat ini saya belum mau merubahnya, saya adalah seorang ibu, dan wanita dengan long distance relationship yang pelik sehingga bisa dikatakan saya single parent, saya hadapi masalah anak dan rumah sendirian, saya punya keluarga besar yang point of view-nya bertentangan dengan saya dan cukup memusingkan, saya punya perusahaan yang sedang merangkak dan prestasinya terus menanjak, saya sedang mengejar satu bisnis lagi yang merupakan obsesi, dan September nanti saya akan kembali jadi mahasiswa. Well... lihat 'kan? Saya sudah punya banyak urusan untuk diurus, mohon maaf tidak dibuka lowongan 'Sahabat' untuk mengirimi saya seabrek masalah lain saat ini. Entah suatu hari nanti.

Bagaimana dengan sahabatmu, teman? Sempurna ya?
Good luck
dengan sahabatmu! Wish you are forever soulmate.