Hai


Selamat Datang - Welcome - Willkommen - Benvenuto - Bienvenue - Bienvenido

Buku Tamu

Pop up my Cbox

Senin, 17 Mei 2010

Good side of 'Kepepet'


Penyakit sulit tidur saya mendadak kambuh malam ini, padahal badan capek karena setengah harian jalan-jalan sama si kecil, ke Al-Azhar, dilanjutkan acara puter-puter di Senayan City. Tapi sedang lelah begini itu penyakit justru kambuh, bikin keki....
Curhat ke teman-teman, suggest-nya; 'coba minum teh manis panas', 'itu mau flu kali.. minum obat flu aja gih!', 'baca do'a-do'a biar tenang hatinya', 'minum susu anget-anget kuku.'
Saya cobain tuh....
Minum teh panas, nggak mempan.
Minum obat flu, teteeeeuuppp..... belum ngantuk
Baca do'a-doa... yah... malah makin semangat, bikin inget obsesi dan mimpi yang belum kesampaian.
terakhir minum susu anget kuku... jadi total dua gelas minuman panas saya tenggak.. kembung adanya!

Saya jadi ingat obrolan dengan Pak supir taxi di perjalanan pulang dari SenCi tadi sore. Si Pak Supir bawa itu taxi agak kelewat ngebut dan temperamen (lagi datang bulan kali ya?) dia kesal setiap ada insiden yang membuat mobil berpepetan dengan taxi, bahkan sepasang ibu yang melintas di depannya saat dia asoy geboy juga membuatnya kesal dan mengeluh. Kontras dengan keramahan dia sewaktu security SenCi membukakan pintu taxi untuk saya, dan dia menyambut dengan suka cita; "Selamat Sore ibu, sudah nyaman duduknya? Mau ke mana?"
Itu membuat saya bertanya; "sudah berapa lama bawa Taxi, pak?"
"Totalnya hampir 1 tahun, bu." Bikin saya berpikir kenapa SOP perusahaan-perusahaan jasa tidak membuat kebijakan; panggil lah klien dengan sebutan 'ibu' kalau dia perempuan 30-an, dan panggil klien dengan sebutan 'mbak' kalau dia dibawah 30 meskipun dia menggandeng balita.
"1 Tahun ya? Oh... Lumayan ya..." komen saya, basa-basi.
"Tapi sebelumnya di perusahaan Taxi yang lain," sambung dia, saya mengangguk saja.
"Berarti baru di perusahaan taxi yang ini?" tanya saya iseng.
"Begitulah.... Bukan cita-cita."
"Maksudnya?" kejar saya, kali ini benar antusias.
"Siapa sih bu yang bercita-cita jadi supir taxi? Ini kan pekerjaan kepepet aja.... Karena sulit cari pekerjaan lain."

Hmm... Pekerjaan kepepet katanya.
Saya prihatin kepada orang-orang yang sedag 'kepepet', selaluu... saja begitu, dan otomatis saya prihatin pada Pak supir taxi itu. Tapi kali ini hati saya berbisik, untung saja ada banyak orang yang kepepet dan akhirnya jadi supir taxi. Coba kalau nggak ada yang mau, atau sedikit sekali yang mau. Barangkali saya di SenCi tadi harus menunggu berjam-jam untuk bisa meletakkan pantat saya dan si kecil di jok taxi yang empuk dan adem, atau mungkin harus adu cepat dengan calon penumpang lain.
Saya jadi ingat, sewaktu berangkat menuju Al-Azhar, dalam rangka bertemu seorang pengusaha percetakan kawakan yang mengundang saya makan siang -dan untungnya tak keberatan saya membawa si kecil- awalnya saya dan si kecil naik metro mini. Saya jenis orang yang tak masalah naik angkot kalau kendaraan di rumah nggak ada yang nganggur dan naik taxi kalau kepepet saja. Sayangnya itu metro mini jalan lelet... bangedh!! Ngetem melulu lah.. padahal saya sudah hampir terlambat menemui Pak Pengusaha itu. Wajar dong ya itu metro mini ngetem melulu, dia 'kan cari penumpang, harus kejar setoran, karena memaklumi hal itu maka saya bergegas menggendong si kecil dan cabut, turun dan menyetop taxi pertama yang melintas. Situasinya tentu kontras; empuk, adem, dan cepat. Saya tiba di depan Pak Pengusaha dengan tepat waktu, dan segar (sempat touch up kilat sebelum turun dari taxi).

Coba bayangkan kalau tidak ada orang-orang yang merasa 'kepepet' seperti Pak Supir taxi yang saya tumpangi dari SenCi itu. Sewaktu saya memburu waktu, pasti pilihan terbaik adalah ojek. Kan nggak mungkin dong kalau saya mau ketemu pengusaha kawakan atau pejabat terus naik ojek yang saya pesani; 'ngebut ya bang!' set dah..... kayak apa rupa saya begitu tiba dihadapan beliau?
Saya teringat sewaktu saya aktif bekerja di perusahaan finansial di salah satu gedung yang saya excited banget bisa ngantor di gedung itu, hampir tiap hari saya harus presentasi di tempat klien, dan kalau mobil kantor sedang keluar semua, saya harus naik taxi. Kebayang 'kan gimana jadinya kalau Taxi itu cuma sedikit? Kan nggak lucu saya harus ngebut ke kantor klien numpak ojek....

Jadi, jangan deh rendah diri dengan apa yang ada di diri kita sekarang ini. Apapun itu pasti ada gunanya buat orang lain 'kan atau paling tidak untuk diri kita pribadi. Ya mungkin ada sisi buruknya, tapi pasti ada baiknya. Bahkan di kegelapan ada remang cahaya (contoh: pas mati lampu 'kan gelap tuh, orang-orang pasti nyalain lilin) hahaha...... Ngaco ya?

Ditulis semalam,
Dientri siang ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar